TANJUNGSELOR, 19/06/23
JANGAN LIHAT GEDUNGNYA
Novel yang diterbitkan Bentang Pustaka ini berkisah sosok 10 murid tidak mampu yang sekolah di SD Muhamadiyah Gantung di daerah Tanjung Klumpang, Bangka Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Novel ini menceritakan kehidupan 10 anak yang tidak mampu, dengan kondisi sekolah yang amat memprihat[1]inkan –dengan bangku rusak sana sini, atap dan dinding ruangan berlubang, lantai tanahnya kadang digunakan juga untuk kandang kambing—tetapi memiliki semangat juang tangguh un[1]tuk melanjutkan pendidikannya. Laskar Pelangi menjadi salah satu film Indonesia yang populer karena kisah inspiratif yang terkandung di dalamnya. Kesepuluh murid –Ikal, Lintang, Mahar, A Kiong, Syahdan, Borek, Sahara, Kucai, Trepani, dan Harun— dengan satu-satunya guru inpiratif bernama Bu Muslimah, adalah contoh proses pendidikan di tengah keterbatasan, namun tidak berhenti menghidupkan proses pendidikan demi mewujudkan impian dan cita-cita para murid. Adalah Sultan Muhammad Al Fatih, salah satu pahlawan Islam yang me[1]legenda dan penakluk Konstantinopel. Al-Fatih yang semasa kecil dikenal bandel dan tidak mudah ditaklukkan, akhirnya luluh ditangan Syeikh Ah[1]mad bin Ismail Al Kurani. ”Ayahmu mengirimku untuk me[1]ngajarimu beserta pemukulnya jika engkau menentang perintahku,” kata Al-Kurani. Awalnya, Al-Fatih tidak menghiraukan, namun ketika huku[1]man diterapkan, barulah Al-Fatih tun[1]duk dan menjadi murid berhasil. Begitulah pendidikan, di tangan guru hebat, akan lahir murid-murid dasyat. Bukan semata gedungnya yang mentereng, tapi kosong nilai. Semoga memberi semangat para orang tua saat memasuki musim sekolah.
LIHAT SIAPA GURUNYA
Idealnya guru yang akan mengajar anak kita mempunyai akhlak mulia yang utama dan paham pokok-pokok dalam agama.
“Ayah saya bingung, tahun ini anak saya pertama sudah mulai masuk SMP, harus kemana saya sekolahkan? Ke SMA umum, SMK, SMAIT, MA atau ke pondok pesantren?” Demikian sebuah surat dari seorang ibu yang dikirimkan ke redaksi. Pada bulan Juli 2023 nanti, ajaran baru akan dimulai. Artinya, sebagian dari anak-anak kita tel[1]ah menginjak suasana baru yang bernama sekolah. Seorang ayah maupun ibu pasti akan mengerahkan seluruh tenaga, harta dan fikirannya un[1]tuk memberikan yang terbaik buat buah hatinya. Termasuk da[1]lam hal memilihkan sekolah atau lembaga pendidikan untuknya. Di zaman seperti ini, pilihan se[1]kolah untuk buah hati kita sudah beragam dan sangat bervariatif. Mulai sekolah negeri, swasta berbasis agama, sekolah internasional atau pun sekolah yang menawarkan ciri khas tertentu. Ada sekolah berbiaya mahal sampai yang gratis, menyesuikan dengan kondisi keuangan keluar[1]ga. Lalu bagaimana agar orang tua dapat memilih sekolah yang baik? Sebagian orang tua sering terkecoh (hanya) melihat gedung dan peralatannya, bukan akhlak guru-gurunya. Padahal yang utama itu siapa gurunya dan apa yang akan diajarkanya. Para orangtua harus sangat berhati-hati dalam memilih guru (saat ini termasuk di dalamnya lembaga sekolah) yang baik bagi anak-anak. Sebab, guru adalah cermin yang akan dilihat oleh anak sehingga akan membekas di dalam jiwa dan pikiran mereka kelak, sehingga orangtua harus selalu memberikan nasihat kepada anak-anaknya mereka agar mengambil adab sebelum mengambil ilmu. Bahkan seandainya harus menempuh perjalanan jauh untuk menemui seorang guru yang shalih, maka ini pun tetap dilakukan dengan suka hati tanpa merasa berat. Ibnu Sina dalam kitabnya, As-Siyasah, mengatakan, “Seyogyanya seorang anak itu dididik oleh seorang guru yang mempunyai kecerdasan dan agama, piawai dalam membina akhlak, cakap dalam mengatur anak; jauh dari sifat ringan tangan dan dengki, dan tidak kasar di hadapan muridnya. Ia harus seorang yang cerdik dan mempunyai kehormatan, kebersihan dan kesucian. Memang wajib bersungguh-sungguh di dalam memilihkan guru dan pendidik bagi anak seperti kesungguhan di dalam memilihkan ibu dan ibu susuan baginya, bahkan lebih dari itu. Seorang anak akan mengambil akhlak, gerak-gerik, adab dan kebiasaan dari gurunya melebihi yang diambil dari orang tuanya sendiri. Sebab, waktu bergaul dengan gurunya lebih banyak dan waktu belajarnya dengan guru juga lebih lama. Anak akan selalu meneladani gurunya dan juga tunduk kepadanya.” Maka seorang guru dan pendidik tidak hanya terbatas pintar mengenai agama, ahli tentang bahasa dan pandai dalam menampilkan syair; akan tetapi ia haruslah seorang yang bertakwa, menjauhi dosa-dosa, menjaga kesucian dan kehormatan. Ia mempunyai akhlak yang utama, ia paham pokok-pokok agama. Jika tidak, minimal ia adalah seorang yang bertakwa serta pandai tentang ilmu agama.
Sumber : MULIA JUNI 2023
Jadilah yang pertama berkomentar di sini