Detail Berita

Koneksi Antarmateri - Modul 2.3 - Coaching Untuk Supervisi Akademik

Rabu, 6 Desember 2023 15:01 WIB
1314 |   -

Koneksi Antarmateri - Modul 2.3 - Coaching Untuk Supervisi Akademik

Oleh: Aan Sajiatmojo

 

Pada modul 2.3 ini saya memperoleh atau memahami bahwa menurut Standar Proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu: Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang: interaktif; inspiratif; menyenangkan; menantang; memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

 

Maka supervisi sebaiknya dijalankan dan benar-benar berfokus pada standar yang sudah ditetapkan dalam standar proses tersebut. Sebagai upaya untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Sehingga supervisi dapat digunakan sebagai perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolah.

 

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam supervisi adalah pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Maka salah satu pendekatannya adalah coaching yang merupakan kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.

 

Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang fokus pada solusi dalam memaksimalkan kinerja dari coachee. Bisa dibilang juga bahwa coaching adalah menuntun dan menghantarkan coachee untuk menemukan ide atau mengatasi tantangan yang dihadapi, dan coaching juga membangun kemitraan yang setara sehingga coachee yang sendiri yang mengambil keputusan. Jadi coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.

 

Berdasarkan definisi prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci yaitu

1.   Kemitraan

2.   Proses kreatif,

3.   Memaksimalkan potensi.

 

Paradigma berfikir coaching adalah:

a.   Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan

b.   Bersikap terbuka dan ingin tahu

c.   Memiliki kesadaran diri yang kuat

d.   Mampu melihat peluang baru dan masa depan

 

Maka berdasarkan prinsip dan paradigma berpikir diatas, coaching adalah sangat bisa digunakan dalam proses supervisi. Tujuannya agar supervisi tidak lagi di isi dengan semangat mengevaluasi, namun semangat yang lebih mewarnai dalam proses supervisi yaitu semangat yang memberdayakan.

 

Setelah saya mempelajari modul 2.3 ini saya merasa senang dan penasaran, karena banyak hal baru yang sebelumnya tidak saya ketahui dan dengar. Sehingga saya mencoba untuk mengikuti alur yang ada dalam LMS. Seperti di modul sebelumnya saya merasa ketika saya mengikuti alur dalam LMS dengan baik maka saya akan lebih mudah dalam memahami materi yang dibahas. Hasilnya sekarang saya sudah memahami materi coaching untuk supervisi akademik, meskipun belum sepenuhnya. Namun setidaknya sudah tahu hal-hal mendasar terkait supervisi.

 

Kemudian dalam proses pembelajaran modul ini juga saya sudah mampu menerapkan kompetensi yang harus dimiliki dalam coaching dan mampu menerapkan alur TIRTA dalam melakukan percakapan cocahing. Karena dalam modul ini kita terus dilatih dengan diminta mempraktikkan. Hasilnya kita dapat memahami dan menggali informasi lebih mendalam.

 

Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu digali lagi lebih jauh. Seperti pemahaman saya bagaimana membuat pertanyaan yang berbobot dan bagaimana mengarahkan percakapan agar mencapai tujuan yang diinginkan. Karena pada praktiknya masih sering percakapan melebar terlalu jauh dan masih sering bingung dalam mengurutkan alur tirta yang sesuai.

 

Selanjutnya sebagai CGP kita harus menguasai teknik coaching dengan baik. Karena akan menjadi pemimpin pembelajaran, maka coaching akan sangat berguna. Karena akan ada sejawat yang akan meminta solusi kepada kita atas permasalahan yang dihadapi. Sehingga kompetensi coaching seperti kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot akan membantu kita.

 

Bagaimana seorang coachee dapat percaya kepada coach untuk dapat membantu dirinya mengembangkan potensinya? Berikut sedikit penjelasan terkait 3 kompetensi cocahing yang dapat membuat coachee merasa dihargai dan percaya kepada kita sebagai coach:

1.   Kehadiran Penuh/Presence

Kehadiran penuh merupakan kemampuan untuk bisa hadir secara utuh bagi orang di coaching atau disebut coachee. Sehingga badan, pikiran, hati benar-benar hadir seluruhnya saat sedang melakukan percakapan dengan coachee.  Kehadiran penuh ini merupakan bagian dari kesadaran diri yang akan mendorong munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita sedang melakukan percakapan coaching.

2.   Mendengarkan Aktif

Mendengarkan aktif atau bisa juga disebut menyimak merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang coach. Coach harus lebih banyak mendengar dan lebih sedikit berbicara. Bahkan seorang coach harus menyingkirkan agenda pribadi atau yang di pikiran oleh coach dan termasuk penilaian terhadap coachee. Namun kemampuan ini harus terus dilatih agar bisa memahami keseluruhan makna yang diucapkan dan bahkan yang tidak terucapkan oleh coachee.

3.   Mengajukan Pertanyaan Berbobot

Setelah kita sudah mendengarkan dan hadir secara penuh, maka coach akan lebih terbantu dalam mengajukan pertanyaan berbobot yang dapat menggugah cocahee untuk berfikir serta memunculkan ide-ide yang tidak terpikirkan sebelumnya. Lalu pertanyaan berbobot juga dapat mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan mendorong coachee untuk melakukan aksi bagi pengembangan dirinya dan kompetensinya. Beberapa cara yang perlu dipahami dalam menyampaikan pertanyaan berbobot seperti pertanyaannya bersifat terbuka dan eksploratif, membantu coachee berpikir untuk memahami fakta, bersifat terbuka dan eksploratif, dan menyampaikan pertanyaan di waktu yang tepat.

 

Perlu diingat, dalam coaching dibutuhkan kemampuan seorang coach untuk dapat mengarahkan percakapan agar mencapai tujuan yang diinginkan oleh coachee. Salah satu alur yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab).

 

Tantangan yang dihadapi saat ini adalah meyakinkan kepada seluruh warga sekolah dan kepala sekolah bahwa supervisi akademik adalah hal baik yang dapat meningkatkan kompetensi dari. Serta menghilangkan anggapan bahwa supervisi adalah sebuah kegiatan yang menakutkan, karena supervisi merupakan ajang evaluasi atau menilai orang lain yang akan dilakukan oleh pimpinan terkait proses pembelajaran. Sehingga perlu dipersiapkan dengan matang, namun hanya pada saat di supervisi saja. Ketika sudah tidak di supervisi akan kembali seperti biasa, jadi tidak mengembangkan diri saya.

 

Solusi yang akan dilakukan adalah dengan memotivasi teman-teman guru untuk mendaftar menjadi guru penggerak. Lalu bersama-sama membahas terkait teknik coaching dengan alur TIRTA melalui kombel dan PMM. Serta mencoba menerapkan coaching ketika ada teman sejawat atau peserta didik yang ingin melakukan coaching.

 

Sebelumnya yang saya pahami adalah supervisi adalah sebuah menakutkan dan membuat heboh sekolah, karena supervisi merupakan ajang evaluasi atau menilai kita sebagai guru yang akan dilakukan oleh pimpinan terkait proses pembelajaran. Sehingga perlu dipersiapkan dengan matang. Karena akan merasa tidak enak dengan kepala sekolah dan takut mendapatkan banyak saran dan masukan dari kepala sekolah. Namun celakanya banyak hanya pada saat di supervisi saja kita guru tampil baik. Ketika sudah tidak di supervisi akan kembali seperti biasa, sehingga hasilnya tidak meningkatkan kompetensi saya sebagai guru.

 

Maka dimasa mendatang saya akan menerapkan prinsip-prinsip coaching terhadap peserta didik serta sejawat. Serta dalam mensupervisi saya akan menerapkan prinsip-prinsip coaching dengan alur TIRTA. Sehingga supervisi benar-benar bisa memberdayakan dan hasilnya dapat mengembangkan potensi guru secara lebih maksimal.

 

Pada materi coaching ini sangat erat kaitannya dengan pembelajaran sosial dan emosional. Maksudnya adalah ketika kita melakukan coaching maka kesadaran penuh perlu diterapkan. Karena dalam keadaan kesadaran sepenuhnyalah kita sebagai coach dapat menerapkan kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Begitu juga bagi coachee yang harus bercerita atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh coach. Sehingga kesadaran penuh harus dimiliki oleh coach dan coachee.

 

Pada materi pembelajaran berdiferensiasi juga sangat berkaitan erat. Mengapa demikian? karena dalam pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk memaksimalkan potensi dari peserta didik. Maka begitu juga coaching yang tujuannya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh coachee. Coachee disini bisa sejawat atau peserta didik. (Aan S)


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini