Tuesday, March 16, 2021 by Eko Purwanto
Berpikir sehat saja barangkali kali tidak cukup, harus kita tambah dengan hati yang sehat. Wajar setiap tubuh yang kita miliki ini akan berkurang daya kekuatannya, berkurang daya lenturnya, berkurang daya ingatnya.
Jika badan ini sudah mulai melemah, harusnya pikiran ini tidak.
Pikiran haruslah tetap dapat berfungsi kembali seperti apa yang telah kita bina selama ini. Di mana kita ini, mengapa di sini dan mau ke mana?
Berpikir sehat berarti menggunakan daya pikir ini dengan hati yang bersih tanpa disertai iri dan dengki.
Berpikir sehat berarti membuang jauh-jauh pikiran dan hati negatif, serta lebih banyak menggunakan pikiran dan hati positif.
Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa berpikir rasional atau menggunakan akal sehat merupakan suatu syarat untuk dapat mencapai pengertian, mengetahui keadaan, atau memahami kenyataan maupun kebenaran. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.(Q.S.Az-Zumar[39]:9).
Oleh karena pikiran merupakan salah satu saluran dalam melakukan perbuatan, maka seseorang harus hati-hati dalam berpikir. Pikiran itu adalah pelopor, pendukung, dan pemimpin.
Karena pikiran adalah pemimpin, maka pikiran mendahului ucapan dan perbuatan jasmani.
Kalau seseorang berpikir baik, maka ucapan dan perbuatannya menjadi baik. Sebaliknya, jika pikiran itu buruk, maka ucapan dan perbuatan jasmaninya juga buruk. Oleh karena pikiran merupakan pendahulu maka kita harus menjaga pikiran.
Jangan sampai pikiran itu tidak terkendali dan membawa kita pada keterpurukan.
Kegiatan berpikir sering dianggap remeh. Padahal dari berpikir orang dapat menentukan sikap. Tetapi tidak setiap perbuatan dihasilkan dari cara berpikir yang sehat dan mengandung makna untuk sebuah kemaslahatan. Seorang maling pun berpikir sebelum melakukan aksi jahatnya, seorang siswapun juga berpikir sebelum melakukan aksi menyonteknya waktu ujian/ulangan.Tetapi cara berpikirnya akan berbeda dengan seseorang yang berpikir keras untuk mencari solusi bagi sebuah nilai di masyarakat.
Berpikir secara mendalam untuk menghasilkan kualitas sikap dan perbuatan terbaik dalam Islam disebut ulul albab. Inilah cara berpikir plus dari kebanyakan orang. Yaitu orang yang menggunakan pikirannya sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari nilai kepribadiannya yang unggul. Mungkin jumlahnya sangat sedikit, tetapi dapat mempengaruhi banyak orang. Karena lebih cenderung banyak berbuat dan sedikit kata-kata.
Inilah kuncinya. Banyak orang menjadi sampah masyarakat hanya karena kata-kata. Kata adalah cermin berpikir seseorang yang begitu keluar dari mulut dapat menawan perbuatan kita.
Selama ini sudah terbiasakah untuk selalu berpikir lebih sebelum berbuat dalam kehidupan kita sehari-hari? Belum. Dan itu harus diakui sejujurnya.
Ketika akan merokok, pernahkah sejenak berpikir betapa egoisnya kita. Kepulan asap kenikmatan dari rokok yang kita hisap merupakan racun bagi yang menghirupnya. Dan mereka yang keracunan itu banyak sekali di sekitar kita, termasuk mungkin anggota keluarga. Alangkah baiknya jika cara berpikir kita untuk meninggalkan rokok untuk kesehatan diri dan masyarakat. Lalu timbul pemikiran bahwa pabrik rokok akan bangkrut? Para pekerjanya kehilangan mata pencaharian? Petani tembakau atau cengkeh gulung tikar? Devisa negara akan menurun? Dan entah apalagi pikiran yang ada di benak kita setelah rokok dilarang.
Ternyata betapa dangkal cara berpikir kita. Bukankah sumber devisa negara bukan hanya dari cukai rokok? Bukankah yang mengatur rezeki itu Allah SWT yang tidak terhalang oleh PHK atau gulung tikar? Yang terpenting adalah pola berpikir kita untuk lebih kreatif, mencari terobosan-terobosan baru tanpa mengorbankan siapapun.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini