Menghadapi Ancaman Kebhinekaan Dengan Pelajar Pancasila
OLEH : DESI FITRI CHRISTIN, S.Pd
GURU : PPKN SMAN 2 TANJUNG SELOR
Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang terdiri dari ribuan pulau. Setiap pulau atau wilayah memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi budaya, adat istiadat, kesenian, maupun bahasa. Indonesia juga terdiri dari berbagai suku bangsa yang memeluk agama berbeda. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan multikultural. Keberagaman ini akan menjadi modal sosial yang besar untuk membangun bangsa dan negara yang maju dan sejahtera. Keberagamaan ini merupakan anugrah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa. Maka Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebagai landasan kehidupan bermasyarakat agar Indonesia menjadi bangsa yang kokoh dan bersatu selamanya. Sebab itu, hendaknya masyarakat Indonesia menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan dalam kehidupannya.
Saat ini kebhinekaan tersebut menghadapi ancaman, ancaman tersebut yaitu kurangnya rasa menghargai kemajemukan yang bersifat heterogen. Kurang toleransi antar Suku,Agama, Ras dan Antaragolongan (SARA). Kesadaran terhadap ancaman luar yang rendah karena arus globalisasi. Ketidakpuasan atas ketimpangan dan ketidakmerataan hasil pembangunan dan adanya Pravokasi dan Intimdasi yang berdimensi. Bila tidak ada filter dalam memahami kebhinekaan Indonesia bisa terganggu dan menjadi ancaman disintegrasi bangsa yang dapat mengancam Kebhinekaan.
Harmoni kebhinekaan menjadi salah satu keunggulan di Negara kita Indonesia. Dalam hal ini Masa depan serta kemajuan bangsa Indonesia, tidak hanya terletak dari kecerdasan yang dimiliki oleh generasi muda Indonesia, namun juga harus diimbangi dengan karakter yang baik.
Pelajar Pancasila dituntut untuk dapat mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitas, namun tetap berpikiran terbuka ketika berinteraksi dengan budaya lain. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung visi dan misi Presiden untuk mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
Untuk Menghadapi ancaman kebhinekaan tersebut sesuai visi dan misi Presiden mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Adapun Ciri dan karakteristik Pelajar Pancasila adalah 1. Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia : Pelajar Pancasila diharapkan memiliki spiritualitas yang tinggi, sehingga dapat menerapkan segala nilai-nilai baik sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari. Bukan hanya memiliki keimanan dan akhlak beragama, Pelajar Pancasila juga memiliki akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, serta akhlak bernegara. 2. Berkebhinekaan Global : Nilai pancasila dan Bhineka Tunggal Ika wajib menjadi nilai yang dipegang bersama oleh seluruh masyarakat Indonesia termasuk para pelajar. Pelajar Pancasila dituntut untuk dapat mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitas, namun tetap berpikiran terbuka ketika berinteraksi dengan budaya lain. 3. Gotong Royong : Salah satu nilai penting yang juga dijunjung oleh bangsa Indonesia adalah gotong royong. Pelajar Pancasila akan mampu melakukan kegiatan bersama-sama yaitu Gotong royong dapat mendorong kolaborasi, kepedulian, serta rasa ingin berbagi kepada lingkungan sekitar. 4. Mandiri : Kemandirian juga merupakan kunci penting dalam menjalani kehidupan. Meski mampu menjalankan sesuatu dengan gotong royong, tetapi Pelajar Pancasila akan mampu menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab secara mandiri. Sehingga akan terbentuk pribadi yang tangguh dan mandiri. 5. Bernalar Kritis : Untuk menghadapi kompetisi global seperti saat ini dan masa mendatang, maka kemampuan bernalar kritis sangat diperlukan. Kemampuan berpikir kritis sendiri diartikan sebagai kemampuan secara objektif memproses informasi baik secara kualitatif dan kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisa informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Dengan begitu, diharapkan pelajar akan mampu mengambil keputusan yang tepat. 6. Kreatif : Untuk menciptakan berbagai penemuan inovatif di masa depan diperlukan kreativitas yang tinggi. Tidak hanya sekadar menemukan gagasan-gagasan baru, sebuah inovasi diharapkan juga bermakna, bermanfaat, dan membawa dampak bagi masyarakat. Pelajar Pancasila akan dapat mengasah kreativitas dengan menerapkan pemikiran kritis yang kemudian diolah menjadi inovasi baru.
Sehingga Pelajar Pancasila diharapkan mampu mengimplementasikan ciri dan karakteristik Pelajar Pancasila dan mendukung Visi dan Misi Presiden mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global.
Artikel ini sudah diterbitkan di Koran : Radar Tarakan Tanggal 02 Juni 2022
Jadilah yang pertama berkomentar di sini